Memperingati 10 Muharram 1444 H MAN 16 Jakarta Santuni Siswa Yatim

SHARE

Memperingati 10 Muharram 1444 H MAN 16 Jakarta Santuni Siswa Yatim

Jumat, 12 Agustus 2022 MAn 16 Jakarta memperingati Muharam 1444 H dengan menggelar acara yang bertemakan SEDEKAH "Semangat Merdeka dalam Ukuwah Islamiah".

Bulan Muharram merupakan tahun baru dalam tahun Hijriah dan  merupakan salah satu bulan yang mulia, hal ini tercatat dalam Al-Qur’an bersama tiga bulan lainnya, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.  Termasuk dalam Surat At-Taubah ayat 36.

Acara berlangsung pukul 06.00 s.d 09.00 WIB di Masjid Roudatul Ilmi yang dihadiri seluruh warga MAN 16 Jakarta yaitu kepala madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, komite dan para siswa. Rangkaian acara berlangsung dengan hikmat, tidak hanya memperingati hari yang istimewa madrasah juga memberikan santunan bagi siswa yatim.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, sambutan kepala madrasah, pembacaan rawi oleh tim hadroh MAN 16 Jakarta, ceramah oleh Ustaz Arif Sohibur Rohman, S.Pd.I. Pemberian santunan pada 34 siswa yatim piatu dan ditutup dengan doa oleh Ustaz. H. Muslih, S.Ag., M.Pd.

Bapak Drs. H. Hanapi selaku kepala madrasah dalam sambutannya beliau menyampaikan terima kasih kepada para donatur yang telah ikut berpartisipasi dalam santunan siswa yatim. 

Beliau juga mengatakan "Bulan Muharram adalah salah satu bulan istimewa setelah Ramadhan. Umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunnah selama tiga hari yaitu tanggal 9, 10, 11 Muharram. Jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Manfaat berpuasa muharam insyaallah dapat melebur dosa setahun yang telah lewat menurut (HR Muslim)."

Ustaz Arif Sohibur Rohman, S.Pd.I. dalam ceramahnya menyampaikan  "Mereka yang disebut sebagai golongan anak yatim adalah ketika ditinggalkan ayah kandung sebelum usia dewasa atau baligh. Menyantuni anak yatim merupakan sebuah amalan yang sangat mulia di mata Allah SWT dan sesama manusia."
 
Beliau menceritakan tiga kisah penting peran ayah dalam keluarga khususnya seorang anak. Seperti kisah Imam Hambali yang ditinggal mati ayahnya sejak kecil, kisah Nabi Yusuf yang selalu terbayang wajah ayahnya saat akan melakukan dosa tanpa disengaja, kisah Nabi Ismail dan Ibrahim.

Diakhir ceramahnya beliau mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib "Laisal yatiimu alladzi qad maata waaliduhu, balil yatiimu yatiimul ‘ilmi wal adabi, yang artinya bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tetapi (sebenarnya) yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti."